Rihlah Qahiran: Perjalanan Ulama Perempuan KUPI ke Mesir Part I

KUPI ke Mesir

SUPI.id – Pada minggu kedua Juni, tepatnya 10 s/d 20 Juni 2023 sejumlah ulama perempuan jaringan KUPI berkunjung ke Mesir. Salah satu di antara rombongan, Nurul Bahrul Ulum menceritakan pengalaman perjalanannya dalam sebuah catatan berseri yang akan hadir melalui laman Mubadalah.id ini.

Tentu catatan dari pengasuh Pondok Pesantren Luhur Manhaji Fahmina, menjadi motivasi kita untuk meneladani jejak manusia-manusia pilihan Tuhan di negeri yang berjuluk sebagai Negeri Para Nabi. Dan ini, adalah catatan pembuka dari sekian cerita perjalanan ulama perempuan KUPI ke Mesir.

Negeri Para Nabi

Di tengah terik matahari yang berpendar di puncak Piramida Agung Giza, terasa ada keajaiban yang mampu menyentuh relung terdalam hatiku.

Bersama para ulama perempuan yang aku kagumi; Nyai Nur Rofiah, Nyai Iffah Ismail, Nyai Umma Farida, Nyai Lilik Fuady, Nyai Mimin Mu’minah, dan Kiai Faqih Abdul Kodir, kami semua merasakan indahnya gurun Mesir yang tandus, namun berpadu sempurna dengan langit biru yang membentang luas.

Merasakan Peristiwa Hijrah Nabi

Dalam perjalanan ini, kami mencoba merasakan peristiwa hijrah yang telah Rasulullah lakukan. Dan, bagaimana beliau memandang peran perempuan dari kehidupan jahiliyah menuju era yang lebih adil dan manusiawi.

Kita tahu, perjalanan hijrah Rasulullah SAW adalah simbol perubahan. Kami menaiki unta sesungguhnya kami tengah merasakan jejak Rasulullah. Liku dan rintangan jalan sebagai ujian kesabaran dan kepercayaan yang dipikul Rasulullah dan para sahabatnya.

Perjalanan onta dari Mekah ke Madinah adalah representasi dari perubahan kehidupan dari era jahiliyah ke era Islam yang lebih adil dan bermartabat. Tidak hanya bagi laki-laki, tetapi juga –yang paling utama– bagi perempuan yang mengalami ketertindasan bertumpuk.

Rasulullah memandang perempuan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam perjalanan hijrah. Mereka bukan hanya penonton, melainkan juga pemain aktif, subjek penuh kehidupan.

Dalam konteks ini, Rasulullah telah menunjukkan kepada kami bahwa semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin, memiliki peran penting dalam perubahan besar.

Laki-laki dan Perempuan Mulia di Hadapan Allah

Al-Qur’an adalah acuan utama dalam menentukan posisi perempuan. Nyai Nur Rofi’ah mengingatkan ketika menunggang onta bersama, bahwa kita tersadarkan oleh Surat al-Hujurat ayat 13 tentang pentingnya taqwa sebagai standar tertinggi manusia di hadapan Allah.

Menurutnya, al-Qur’an menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama mulia di hadapan Allah. Satu-satunya ukuran kemuliaan hanyalah kualitas  ketakwaan kita kepadaNya.

Dengan demikian, perjalanan kami ini adalah simbol dari perjalanan spiritual yang dalam. Lebih dari sekadar fisik Piramida yang megah itu. Kami menemukan makna yang lebih dalam tentang persaudaraan, penghormatan, dan keadilan.

Setiap detik dan setiap langkah yang kami ambil, membawa kami lebih dekat ke makna sejati hijrah, perpindahan dari satu tingkat kesadaran ke tingkat kesadaran yang lain.

Perjalanan ini mengingatkan kami semua tentang pentingnya nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Di antaranya, tentang pentingnya peran setiap individu dalam perubahan besar, dan pentingnya menghormati dan memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang jenis kelamin.

Itulah makna hijrah yang kami petik dari perjalanan kali ini. Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. (bersambung)