Buku Sister Fillah You’ll Never be Alone: Melihat Kesadaran Kecil Perempuan

Untitled-design-20-750x375

Judul Buku: Sister Fillah You’ll Never be Alone
Penulis: Kalis Mardiasih
Penerbit: PT. Mizan Pustaka
Tahun terbit: April 2020
Jumlah halaman: 125
Genre: Nonfiksi

SUPI.id – Dalam satu bulan terakhir ini saya sedang memahami tulisan yang sangat apik, yakni karya Kalis Mardiasih dalam buku yang berjudul Sister Fillah You’ll Never be Alone.

Buku Sister Fillah You’ll Never be Alone berisikan tentang pengalaman-pengalaman perempuan yang ditawarkan penulis melalui perspektif keagamaan yang berkeadilan gender, relasi yang setara, serta semangat untuk saling menguatkan bagi sesama perempuan.

Kalis Mardiasih, nama yang lumayan tidak asing bagi saya, karena postingan-postingan kerena beliau di media sosial membuat saya penasaran akan sosoknya dan saya memilih untuk mengenal beliau lebih dalam melalui bukunya.

Mbak Kalis adalah seorang perempuan kelahiran Blora, 16 Februari 1992, ia merupakan seorang penulis yang konsisten mencatat pengalaman-pengalaman perempuan.

Saat ini beliau telah menulis tiga buku: Berislam seperti kanak-kanak (yayasan Islam Cinta,2018), Muslimah yang Diperdebatkan (Buku Mojok,2019), dan Hijrah Jangan Jauh-jauh, Nanti Nyasar! (Buku Mojok,2019).

Tulisan-tulisan beliau memang identik dengan isu-isu keberagaman dan isu kesetaraan gender. Terlihat dari bukunya yang saya baca, beliau banyak menggambarkan bagaimana kondisi perempuan di lingkungannya yang tidak jarang menjadi korban kekerasan. Entah kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual dan yang lainnya.

Pengalaman Perempuan

Dengan begitu, selama membaca buku Sister Fillah You’ll Never be Alone saya merasa melihat hidup saya sendiri. Karena pengalaman yang diceritakan Mbak Kalis sangat relate dengan pengalaman saya sebagai perempuan.

Misalnya pada bagian tema “kesadaran kecil sebagai perempuan”. Mbak Kalis menceritkan bagaimana nasib perempuan di lingkungannya yang tidak bisa mendapatkan akses pendidikan. Sehingga mereka terjerat dalam kemiskinan dan kehidupan rumah tangga yang penuh dengan kekerasan.

Kondisi seperti ini ternyata bukan hanya terjadi di lingkungan Mbak Kalis, tapi juga di lingkungan saya. Di kampung, saya melihat ada banyak sekali perempuan yang menjadi korban pernikahan anak, sehingga dia sangat rentan mendapatkan kekerasan. Selain itu, mereka juga banyak yang menjadi janda di usia anak, entah karena suaminya menghilang begitu saja dia menjadi korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

Lalu dalam kondisi yang seperti itu, Mbak Kalis juga bercerita tentang kebaikan ayahnya yang mendirikan langgar atau mushala kecil sebagai tempat ngaji untuk para janda-janda miskin dan anak-anak kecil di sekitarnya.

Menurut Mbak Kalis, kepekaan ayahnya terhadap kondisi perempuan dan anak di sekitar Mbak Kalis ini menjadi inspirasi bagi kita untuk ikut berempati dan melakukan sesuatu untuk membantu meringankan kesulitan orang-orang yang lemah.

Ayahku Peduli Perempuan dan Anak

Pada zaman dahulu, saya tidak berpikir bahwa ketika ayah saya mendirikan langgar sebagai tempat ngaji anak-anak di lingkungan saya, adalah sesuatu gerakan yang luar biasa. Namun setelah membaca kisah Mbak Kalis di atas, saya menjadi sadar bahwa ayah saya adalah orang yang punya kepedulian terhadap kondisi anak-anak di sekitar.

Barangkali gerakan ini, sama dengan apa yang dilakukan oleh ayah Mbak Kalis. Pasalnya ayah saya juga punya keresahan yang sama dengan ayah Mbak Kalis. Ia prihatin melihat anak-anak korban kekerasan dari orang tuanya. Entah karena orang tuanya melakukan KDRT, terjerat kemiskinan, hutang dan yang lainnya.

Dengan begitu, ayah saya ingin mengambil peran dengan mendirikan langgar yang bisa dijadikan anak-anak tersebut belajar.

Sampai sekarang langgar yang didirikan oleh alm. Ayah saya masih dan dilanjutkan oleh ibu serta kakak-kakak saya. Di samping itu, saya juga berinisiatif untuk mendirikan grup hadroh perempuan. Dengan begitu, kami jadi bisa sering bertemu, berkumpul dan bertukar cerita. Alhasil ikatan kami sebagai sesama perempuan, semakin erat dan rasa empati kita semakin tinggi.

Inspirasi dari buku Sister Fillah You’ll Never be Alone

Saya kira bukan hanya pada bagian ini saja yang sangat persis dengan apa yang saya alami. Bahkan dari keseluruhan isinya yang mengangkat cerita berbagai ketidakadilan terhadap perempuan, hampir semuanya mewakili keresahan saya.

Misalnya soal perempuan yang selalu di nomor duakan, pendidikan yang tidak merata. Bahkan perjuangan korban kekerasan seksual yang tidak mudah dan perempuan-perempuan korban kekerasan yang lainnya.

Oleh karena itu, inspirasi yang saya dapatkan dari buku Sister Fillah You’ll Never be Alone adalah sebagai perempuan kita memang penting sekali untuk saling mensupport satu sama lain. Terutama jika yang punya privilege, sudah seharusnya privilege tersebut bisa kita gunakan untuk mendorong perempuan lain supaya merdeka dan berdaya.

Selain itu, buku Sister Fillah You’ll Never be Alone juga benar-benar sangat membantu saya untuk beajar isu gender dengan cara yang sederhana. Apa yang Mbak Kalis sampaikan dalam buku ini saya juga bisa berefleksi banyak tentang kondisi perempuan-perempuan di lingkungan saya.

Sehingga saya bisa makin yakin bahwa pengalaman perempuan itu semuanya valid dan layak untuk didengar. []