SUPI.id – Pada akhir Februari lalu, saya bersama Ita Toiatul Fatoni, mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI), berkesempatan mengikuti Harmony Camp di Eco Learning Camp, Bandung.
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Majelis Hukama Muslimin (MHM) Cabang Indonesia bekerja sama dengan Eco Learning Camp, Pusat Pengkajian Islam Universitas Nasional, Green Faith Indonesia, dan Jaringan Gusdurian. Acara tersebut diikuti oleh 40 peserta dari berbagai latar belakang agama, termasuk Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, serta Penghayat Kepercayaan.
Komite Eksekutif Majelis Hukama Muslimin (MHM), Dr. Muhammad Zainul Majdi, menyampaikan bahwa Harmony Camp menjadi wadah bagi pemuda-pemudi lintas iman untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam dan mencegah kerusakan lingkungan.
“Harmony Camp diharapkan menjadi langkah bersama bagi pemuda dan pemudi lintas iman untuk terus merawat bumi dari berbagai kerusakan,” ujar pria yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB).
TGB menjelaskan bahwa terdapat tiga langkah utama yang dapat kita lakukan dalam merawat bumi.
Pertama, melalui pendidikan. Menurutnya, lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
“Kunci utama tentu adalah pendidikan, bagaimana lembaga itu dapat menjadi tempat penyadaran untuk membangun budaya yang baik serta mentradisikan kebiasaan positif dalam menjaga lingkungan,” jelasnya.
Kedua, dengan mengadakan dialog. Harmony Camp menjadi ruang bagi peserta lintas iman untuk berdialog dengan keterbukaan dan saling menghormati perbedaan yang ada.
“Dengan berdialog, kita harus membuka hati dan pikiran terhadap perbedaan yang ada. Tak kalah penting, kita juga harus saling mengapresiasi dan menghormatinya,” tutur TGB.
Tindakan Kolektif
Ketiga, melalui tindakan kolektif. TGB menekankan bahwa sebelum berkolaborasi, perlu adanya pemahaman akan nilai-nilai keterbukaan sehingga dapat menghasilkan kerja sama yang efektif. “Kita tidak hanya berkolaborasi berdasarkan ilmu masing-masing, tetapi juga dengan perspektif yang kita miliki terutama dalam merawat alam,” tambahnya.
Dari kegiatan ini, TGB berharap para peserta dapat bersama-sama menjaga bumi dengan baik tanpa adanya dehumanisasi. “Bumi adalah ibu kita bersama. Tidak peduli apa pun agama kita, kita semua harus merawat dan terhubung dengannya,” ungkapnya.
Sementara itu, Suraji dari Jaringan Gusdurian menegaskan pentingnya merawat lingkungan sebagai bentuk pengabdian manusia kepada alam.
“Alam telah banyak mengajarkan kita. Kini saatnya kita merawatnya dan mengabdikan diri dengan penuh kesadaran. Perubahan pribadi yang membuka dialog akan membawa solusi bersama dengan cara yang tepat,” ujarnya.
Senada dengan itu, Fajar dari Green Faith Indonesia menyampaikan bahwa keresahan yang dirasakan bersama oleh berbagai pihak dengan latar belakang yang berbeda dapat menjadi energi baru dalam menjaga lingkungan.
“Berangkat dari keresahan yang sama dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Hal ini menjadi spirit baru untuk menambah energi dalam merawat bumi dengan lebih baik,” katanya.
Dengan adanya Harmony Camp, Fajar, berharap semakin banyak pemuda lintas iman yang terlibat dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan dan membangun harmoni dalam keberagaman.
