SUPI.id – Jika melihat realitas kehidupan di dalam rumah tangga, maka tidak sedikit sebagian masyarakat kita masih menempatkan para perempuan sebagai makhluk domestik.
Para perempuan masih dibeban untuk bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, mulai dari memasak, mencuci, membereskan rumah, merawat anak dan melayani seluruh kebutuhan suami.
Namun di dalam Islam hal tersebut, menurut saya merupakan salah satu perbuatan yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Karena di dalam ajaran Islam, saya meyakini bahwa semua pekerjaan domestik adalah pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh seluruh anggota rumah tangga, baik oleh suami dan istri, maupun orang tua dengan anak.
Bahkan jika merujuk dalam catatan hadis, beberapa hadis menyebutkan bahwa di dalam kehidupan rumah tangga, Nabi Muhammad Saw juga melakukan pekerjaan domestik. Bahkan Nabi Saw menjahit bajunya, dan menambal sandalnya.
Hadis Nabi Muhammad Saw
Semua perbuatan Nabi Muhammad Saw ini terekam di dalam hadis Sahih Bukhari. Isi hadis tersebut sebagai berikut:
Aswad berkata, Aku bertanya kepada Sayidah Aisyah r.a tentang apa yang dilakukan Nabi Saw ketika berada di dalam rumah. Aisyah r.a menjawab: “Nabi Saw. Melakukan kerja-kerja pelayanan keluarga ketika berada di dalam rumah. Jika datang waktu salat, Nabi Saw. Akan keluar rumah menunaikan salat.” (Shahih al-Bukhari, no. 680).
Hadis yang lain menyebutkan:
Dari Urwah bin Zubair bercerita, ada seseorang yang bertanya kepada Aisyah r.a: “Apakah Rasulullah mengerjakan sesuatu ketika berada di dalam rumah?. Aisyah r.a menjawab: “Ya, Rasulullah Saw biasa menambal sandal, menjahit baju. Dan mengerjakan pekerjaan rumah sebagaimana ketika seseorang berada di rumahnya masing-masing.” (Musnad Ahmad, no. 11462, 25388, dan 25978).
Itu artinya, nabi sedang menegaskan bahwa pekerjaan domestik bukan tanggung jawab perempuan semata, tetapi tanggung jawab bersama. Suami dan istri. Dengan begitu, dua teks hadis di atas mestinya inspirasi umat Islam dalam relasi rumah tangga.
Di samping itu, Islam juga mengakui bahwa pekerjaan domestik merupakan tanggung jawab bersama sebagai bagian dari kemitraan pasangan suami istri (zawaj) dan kerja sama dalam berkeluarga (musyarakah).
7 Argumentasi Pekerjaan Domestik itu Suami Istri
Di dalam buku Perempuan Bukan Makhluk Domestik, Kiai Faqihuddin Abdul Kodir menyebutkan bahwa setidaknya ada 7 argumentasi dalam Islam yang dapat menguatkan bahwa pekerjaan domestik itu tanggung jawab suami dan istri.
Pertama, Tauhid (Keesaan Tuhan). Laki-laki dan perempuan merupakan hamba Allah, dimana keduanya tidak boleh saling bersikap merendahkan dan merasa paling unggul. Itu artinya derajat kemanusiaan istri dan suami sama, sehingga dua-duanya harus bekerja sama dalam melakukan kebaikan.
Kedua, mandat kekhalifahan. Dalam Islam laki-laki dan perempuan mempunyai mandat sebagai khalifah fil ard, dimana keduanya mempunyai tugas untuk memakmurkan bumi dan mewujudkan kesejahteraan bagi penduduknya, salah satunya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik. Itu artinya, keduanya harus bekerja sama dalam kerja-kerja tersebut.
Ketiga, amal saleh. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu melakukan amal saleh, yaitu segala perbuatan yang baik dan mendatangkan manfaat bagi manusia dan seluruh makhluk-Nya. Itu artinya, segala kerja domestik adalah wilayah yang sama, bagi perempuan dan laki-laki untuk berburu amal saleh di mata Allah Swt.
Keempat, mua’syarah bi al-ma’ruf. Salah satu amal saleh dalam relasi suami dan istri adalah saling memperlakukan secara baik dan bermartabat. Kesalingan dalam kebaikan ini hanya bisa terwujud jika kerja-kerja rumah tangga mereka tanggung bersama.
Sakinah
Kelima, sakinah atau ketenangan dan kebahagiaan. Sakinah dalam al-Qur’an merupakan tujuan dan harapan laki-laki dan perempuan yang mengikatkan diri pada pernikahan. Dengan begitu kerja sama dalam kerja-kerja domestik akan membuat suami dan istri lebih tenang dan bahagia.
Keenam, ta’awun atau tolong menolong. Tolong menolong dalam Islam adalah bagian dari ajaran akhlak mulia yang Nabi Muhammad Saw perintahkan, seperti dalam hadisnya “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”.
Dengan prinsip ini, Islam tengah mengajarkan bahwa jangan membiarkan seseorang, dalam hal ini istri untuk menanggung beban kerja domestik seorang diri. Sedang yang lain duduk manis, dan tinggal menikmati manfaatnya.
Ketujuh, uswah hasanah. Dalam berbagai hadis terekam bahwa Nabi Muhammad Saw biasa melakukan kerja-kerja domestik. Seperti menjahit, memperbaiki sepatu, dan membantu keluarga. Oleh karena itu, siapa pun yang mencintai Nabi Saw dan ingin meneladani perilaku beliau, maka laki-laki dan perempuan harus terlibat aktif dalam kerja-kerja domestik di dalam rumah tangga.
Oleh sebab itu mari kita tanamkan nilai-nilai kesalingan serta kerja sama dalam semua kerja rumah tangga, yang mana telah Nabi Muhammad Saw teladankan kepada kita semua. Tidak menitik beratkan baik pada perempuan atau laki-laki, namun keduanya ikut serta berkontribusi di dalamnya. []